Kamis, 27 Maret 2014

sejarah j-pop

J-pop




 Zaman Kuno
 Sebelum ditemukan alat-alat musik, hampir seluruh karya musik hanya berbentuk melodi yang dinyanyikan dengan suara manusia sehingga zaman ini disebut zaman musik vokal. Gereja menolak alat-alat musik dalam peribadatan karena dianggap mengganggu suasana beribadat.

Ketika Paus Gregorius I menjabat pimpinan gereja, mulailah diadakan reorganisasi liturgi Katholik dan dimulailah penggunaan musik gregorian sebagai musik resmi gereja Katholik. Bentuk musik gregorian berupa melodi yang dinyanyikan tanpa iringan musik sehingga tekstur lagu-lagu Gregorian lebih bersifat sakral dan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan mutu dalam ibadah keagamaan. Lagu-lagu Gregorian mampu menimbulkan suasana tenang, mampu mewakili suara gereja yang sebenarnya. Ritme lagu-lagu Gregorian sangat fleksibel, hampir tidak ada tekanan. Kebebasan ritme yang dikembangkan oleh musik Gregorian menjadikan musik Gregorian mengambang dan hanya mengandalkan improvisasi.

Zaman Renaisans
Karya musik pada zaman Renaisans banyak dipengaruhi oleh bentuk ruangan gereja yang besar dan kedap suara, sehingga faktor-faktor kejernihan, kelembutan, dan keseimbangan suara merupakan ciri khusus. 
Ciri-ciri yang terdapat pada karya-karya pada zaman Renaisans adalah sebagai berikut.
a.       Media Penyajian
Permainan musik iringan banyak diperuntukkan bagi penari dan vokalis perorangan. Lagu-lagu koor gereja sebagian besar berbentuk akapella. Alat-alat musik yang digunakan, antara lain mandolin, lute, harpsicord, hord, clavichord, virginal, keyboard, cornet, dan organ pipa.
b.      Ritme
Hampir sebagian besar karya musik zaman Renaisans ditandai dengan ketukan bertekanan berat. Karya musiknya sering terjadi pergantian tanda tempo dan birama yang berlebihan.
c.       Melodi
Gerakan melodi pada zaman ini masih banyak menggunakan langkah-langkah pendek seperti yang digunakan oleh musik gregorian. Melodi untuk suara tenor digunakan nada panjang.
d.      Tekstur
Teksturnya berbentuk poliponik dengan susunan empat suara atau lebih. Pada akhir abad ke-16, suara sopran berperan lebih besar. Harmoni yang banyak digunakan berbentuk triad pokok.
e.      Pola
Pada zaman Renaisans, karya musiknya banyak diciptakan dalam bentuk dan pola, antara lain motet, missa, madrigal, passion, fantasia, dan toccaca. Pola pembentukan phrase sangat panjang sehingga penyanyi-penyanyi dituntut memiliki teknik pernapasan yang prima.
Tokoh musik pada zaman Renaisans, antara lain sebagai berikut.
a.       Karya Geovanni Pierlugi da Palestrina (1525 - 1594) antara lain Missa Papae Marcelli dan Motet Adoremus te Christe.
a.       Karya Orlandus Lassus (1532 - 1594) antara lain Penetensial Psalms, Motet Tristis Estanimame, dan Madrigal O Che Bon Echo.
b.      Karya Giovanni Gabrielli (1557 - 1623) antara lain Sonata Piano E Forte dan Gantonas for Bass Choirs.


Zaman Barok
 Zaman Barok dimulai setelah abad ke-16 dan sering disebut sebagai awal Gaya Modern. Bentuk baru yang menyangkut instrumentasi, metode maupun sumber ide garapan mulai mengalami revolusi meskipun bentuk dan gaya zaman Renaisans masih tampak di sini. Pada abad ke-18, gaya Barok murni dapat terwujud dengan sempurna.
Bentuk opera mulai disuguhkan untuk khalayak ramai, sedangkan khusus untuk konser masih terbatas untuk kalangan bangsawan. Bentuk-bentuk homoponik mulai muncul di mana-mana. Tangga nada mayor dan minor yang dikembangkan sejak zaman Renaisans mulai dengan sengaja disatukan penggunaannya terutama di dalam penggarapan musik instrumental.
Ciri-ciri yang terdapat pada karya zaman Barok adalah sebagai berikut.
a.       Media Penyajian
Peranan musik instrumental pada zaman ini berkembang dengan pesat. Di dalam orkhestra, musisi mulai menggunakan alat-alat musik flute, hobo, basson, keyboard, dan alat musik petik. Dalam pentas resmi atau apresiasi musik, alat-alat musik, seperti viola dan gamba, viola diamore, dan trompet merupakan tolok ukur bagi kelompok-kelompok musik.
b.      Ritme
Musik vokal resetatip dan kontra menggunakan ritme bebas. Aksentuasi dilakukan karena perubahan harmonis dan nada-nada lang dalam iringan. Zaman Barok banyak karya musik yang didasarkan pada satu pola ritme dan pemakaian satu tempo yang tampak sangat monoton.
c.       Melodi
Melodi zaman Barok sangat menarik perhatian bila dibandingkan dengan bentuk poliponik zaman Renaisans. Melodi zaman ini selalu mengalir, kadang menggunakan ornamentasi di luar akor iringan. Melodi banyak menggunakan teknik repetisi serta teknik modifikasi dari motif asli. Kalimat-kalimat lagu yang penuh perasaan sering dilukiskan dalam bentuk akor-akor disonan.
d.      Tekstur
Awal zaman Barok masih banyak kita jumpai bentuk homoponi, tetapi memasuki dekade berikutnya sudah penuh dengan sonoritas dan kontrapung. Salah satu ciri umum pada zaman Barok adalah pemakaian alat musik basso continuo atau figure bass.
e.      Pola
Bentuk-bentuk passion, fantasia, dan toccata masih dilanjutkan zaman Barok. Namun, bentuk-bentuk opera, oratorio, cantata, sonata, concerto grosso, dan overture sudah mulai menjadi mode.
 Tokoh musik pada zaman Barok adalah sebagai berikut.
a.      Karya Johan Sebastian Bach (1685 – 1750) antara lain Oratorio Christmas and Easter, Misa in B Minor, Passion According to St. Mathew, dan The Magnificat in D.
b.      Karya Jean Babtisme Lully (1632 – 1687) antara lain The Miserere dan Opera Gadmus et Hernione.
c.       Karya George Frederick Handel (1625 – 1775) antara lain Meziah, Judas Maccabaeus, Israil Egypt, dan Opera Julius Caesar and Xerxes
.
Zaman Klasik (1740 - 1770)
 Zaman klasik adalah zaman kemegahan kebudayaan Yunani atau Romawi, dan zaman di mana orang mengagungkan akal.
Karakteristik musik pada zaman Klasik, yaitu sebagai berikut.
a.       Bentuk : musik kamar menjadi mode dalam bentuk sonata.
b.      Tekstur : bersifat homopon.
c.       Melodi : gaya melodi bersifat kompak dan memiliki kesamaan tema.
d.      Harmoni : kurang kompleks, cenderung banyak menggunakan trinada.
e.      Improvisasi : mulai hilang, semua tanda-tanda frase, dinamik, ornamentasi, dan akor ditulis    lengkap.
Tokoh musik pada zaman Klasik adalah sebagai berikut.
a.       Karya Joseph Haydn (1732 – 1809) antara lain The Missa Solemnis in D minor, The Cello Conserto in D. op 101, dan The Creation and the Season.
b.      Karya Wolfgang Amadeus Mozart (1756 – 1791) antara lain The Magic Flute, Don Giovanni, dan The Meriage of Figaro.
c.       Karya Ludwig Von Beethoven (1770 – 1827) antara lain Symphoni No. 3, The Conserto in D for Violine, dan Missa Soleonsis in D op 123.

J-pop atau J-Pop (singkatan dari Japanese pop; bahasa Indonesia: musik pop Jepang) adalah istilah yang digunakan untuk musik populer Jepang yang memasuki arus utama musik Jepang pada tahun 1990-an. Istilah J-pop (pertama kali dipakai oleh J-Wave, sebuah radio FM di Tokyo.

J-pop berakar dari musik tahun 1960-an seperti yang dimainkan The Beatles,[1] dan menggantikan kayōkyoku (musik pop Jepang hingga 1980-an) dalam dunia musik Jepang.[2] Istilah J-pop diciptakan media massa Jepang untuk membedakannya dari musik asing, dan sekarang merujuk kepada hampir semua musik populer di Jepang. Menurut data tahun 2006 dari International Federation of the Phonographic Industry, industri musik Jepang memiliki industri musik terbesar nomor dua di dunia, dan hanya berada di bawah Amerika Serikat.[3] Selain J-pop, masih adalah istilah lainnya seperti "J-Rap", "J-Rock", yang merujuk kepada sejenis aliran musik Jepang secara spesifik. Meskipun begitu, aliran-aliran tersebut juga dianggap sebagai bagian dari J-pop.1988

Istilah J-pop diciptakan oleh Direktur J-Wave Hideo Saito (sekarang CEO) ketika sedang rapat dengan para penanggung jawab musik pop dari perusahaan rekaman.[4] Istilah J-pop lalu diangkat oleh media massa sebagai salah satu genre yang memiliki ciri khas tersendiri, berbeda dari glam rock, punk rock, grunge, alternative rock, atau hip-hop.

Di kalangan masyarakat luas di Jepang, istilah J-pop baru populer sekitar tahun 1993 hingga 1996. Tahun 1993 merupakan tahun dibentuknya liga sepak bola profesional Jepang, J. League. Pada tahun itu pula J. League memenangi penghargaan sebagai "kata terpopuler tahun 1988".
Tahun 1990-an

Diperkenalkannya CD sebagai media rekam digital pada tahun 1982 yang diikuti dengan larisnya penjualan alat pemutarnya menyebabkan industri musik Jepang tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1991, total penjualan rekaman di Jepang mencapai rekor tertinggi sebesar ¥400 miliar. Rekor tersebut diperbarui menjadi ¥6,074 triliun pada tahun 1998.[5] Total produksi terus meningkat, dari lebih dari 300 juta keping pada tahun 1991 menjadi lebih dari 400 juta keping pada tahun 1993.[6] Rekor penjualan sebesar 11.729.000 keping yang dipegang selama 16 tahun oleh penulis lirik Yū Aku pada tahun 1977 dipecahkan oleh Tetsurō Oda pada tahun 1993. Tetsuro Oda antara lain dikenal sebagai pencipta lagu "Makenaide" dari ZARD. Istilah J-pop umum dijumpai di majalah-majalah pada tahun 1990-an, bersamaan dengan makin dikenalnya istilah ini di kalangan masyarakat luas di Jepang.[7][8]

Teknik rekaman digital menyebabkan revolusi dalam industri rekaman. Dengan teknik digital, biaya, waktu, dan tenaga kerja dapat dikurangi secara drastis, dan rekaman dapat diproduksi secara massal. Recording Industry Association of Japan mencatat sejumlah 510 grup musik/artis memulai debutnya pada tahun 1991.[9]

Dengan bantuan sekuenser, sampling synthesizer, dan MIDI, pencipta lagu dapat mencipta lagu tanpa harus memainkan alat musik sebenarnya. Pencipta lagu yang mencipta dengan mengandalkan teknik digital, di antaranya Tetsuya Komuro. Di lain pihak, kemajuan teknik rekaman digital menyebabkan musisi studio makin banyak kehilangan pekerjaan. Teknik digital juga mengakibatkan peningkatan jumlah lagu yang diciptakan, sehingga kemungkinan lahirnya lagu laris berpredikat million seller makin besar. Namun peningkatan jumlah lagu yang dicipta mengakibatkan makin berkurangnya kualitas dan individualitas dalam bermusik. Kedudukan musik turun menjadi tidak lebih dari sekadar barang konsumsi.[10] Michio Sakamoto dari Sony Music Entertainment mengutarakan pendapatnya tentang tahun 1991 sebagai titik balik industri musik, "Musik berubah dari karya cipta menjadi barang konsumsi."

Sejak sekitar tahun 1992, industri rekaman Jepang mengalami fenomena million seller (terjual lebih dari 1 juta kopi). Artis rekaman secara berturut-turut mampu mencetak lagu hit berpredikat million. Penghargaan tertinggi untuk sertifikasi penjualan rekaman musik di Jepang bukanlah piringan platina, melainkan million. Pada tahun 1991 tercatat 9 judul rekaman (album/singel) mencapai status million seller. Pada tahun 1992, 22 judul rekaman berhasil menjadi million seller, dan meningkat menjadi 32 judul rekaman menjadi million seller pada tahun 1994.[11]ada tahun 1990-an, tiga unsur penting untuk mencetak lagu hit di Jepang adalah KDD (Karaoke, Drama, Daikō system)[12][13] atau kerja sama langsung antara biro iklan, produsen, dan pencipta lagu. Daikō adalah nama produser dari Being, Daikō Nagato yang sukses menaklukkan pasar dengan sistem yang diciptakannya. Di Jepang pada tahun 1993 terjadi "Being Boom". Artis-artis dari Being berturut-turut menciptakan singel nomor satu, sekaligus mendominasi peringkat 1, 2, 4, dan 5 Oricon, masing-masing dari ZARD, Wands, B'z, dan T-Bolan.
Tahun 2000-an

Memasuki tahun 2000-an, penjualan singel mulai mengalami penurunan. Meskipun demikian, "Sekai ni Hitotsu Dake no Hana" (2003) dari SMAP berhasil terjual lebih dari dua juta kopi. Paruh kedua tahun 2000-an, singel yang mencapai status million seller makin berkurang. Menurut perhitungan RIAJ, selama dua tahun berturut-turut (2008 dan 2009) tidak ada singel million seller. Menurut Oricon, tiga tahun berturut-turut sejak 2008 tidak ada singel yang terjual hingga meraih status million seller.[14][15]

Di lain pihak, penjualan unduhan musik dari toko musik digital terus meningkat. Menurut RIAJ, sejak mereka mengumpulkan data penjualan unduhan musik, angka penjualan unduhan musik terus meningkat dari tahun 2005 hinga 2008.[16] Pada tahun 2006, total kopi unduhan musik yang terjual sudah melebihi total produksi rekaman fisik (CD).[17]Walaupun total penjualan unduhan musik pada tahun 2009 masih lebih besar dari tahun sebelumnya,[18] penurunan penjualan mulai terjadi pada tahun 2010.[19]

Perubahan tren konsumen dari membeli rekaman fisik menjadi membeli unduhan musik menyebabkan berkurangnya penjualan rekaman fisik pada tahun 2000-an. Meskipun demikian, menurut pengumuman RIAJ, total penjualan rekaman fisik dan unduhan musik tidaklah berkurang, melainkan terus meningkat selama tiga tahun berturut-turut, mulai tahun 2005 sampai tahun 2007.[20] Total penjualan rekaman fisik dan unduhan musik baru mengalami penurunan pada tahun 2008.[16] Penjualan unduhan musik diperkirakan dapat lebih besar bila tidak dikurangi adanya pengunggahan ilegal dan perangkat lunak berbagi berkas.[21]
Tahun 2010-an

Pada tahun 2010, rekaman fisik dalam bentuk singel dan album makin jarang yang mencapai million seller. Pada tahun 2010, hanya ada satu singel ("Beginner" dari AKB48) dan dua album CD yang mendapat sertifikasi million (AKB48 dan Ikimono-gakari).[22] Pada tahun 2010, tangga singel Oricon hanya didominasi oleh AKB48 dan Arashi. AKB48 dan Arashi jauh meninggalkan artis-artis lain dalam total penjualan. Namun di tangga tahunan nada dering Chaku Uta Full versi RIAJ tahun 2010, "Heavy Rotation" hanya menempati urutan ke-12. Arashi sama sekali tidak masuk ke dalam peringkat Chaku Uta Full. Lagu-lagu Kana Nishino mendominasi peringkat nada dering dengan "Aitakute Aitakute" di urutan pertama.[23]
Artis J-pop

    Ai Otsuka
    AKB48 (Akihabara 48)
    Arashi
    Asian Kung-Fu Generation
    Ayumi Hamasaki
    Berryz Kobo
    BoA
    Bump of Chicken
    Buono!
    CHERRYBLOSSOM
    Cute (°C-ute)
    Candies
    DJ Ozma
    Exile
    Flow (band)
    Glay
    Gospellers
    GReeeeN
    Ikimono-gakari
    Kanjani 8
    Kaze
    KAT-TUN
    Ken Hirai
    Fumiya Fujii

   

    Kinki Kids
    Kobukuro
    Koda Kumi
    Mori Tsubasa
    Morning Musume atau anggota Hello! Project
    NEWS
    Namie Amuro
    No Regret Life
    Remioromen
    SMAP
    Ketsumeishi
    S/mileage
    Tackey & Tsubasa
    Tomohisa Yamashita
    TUBE
    the brilliant green
    TOKIO
    Tomiko Van
    Utada Hikaru
    V6
    WaT
    Yui

Lihat pula

    Drama televisi Jepang
    J-Rock

Referensi

    ^ (Jepang) "究極のビートルズ来日賞味法! ビートルズが日本に与えたもの". Oricon. 2006-06-21. Diakses 2009-01-09.
    ^ (Jepang) "J-POPって何だろう?そして今、改めて歌謡曲の魅力とは?". Chūkyō Television Broadcasting. 2008. Diakses 2009-10-30.
    ^ "America's Top Pop Imports". Forbes. 2008-02-26. Diakses 2009-01-12.
    ^ "J-WAVE開局20周年…若年層の圧倒的な支持を受けるラジオ局のこれから". Tokyo Shimbun. 2008-9-30.
    ^ "音楽ソフト種類別生産金額の推移". Recording Industry Association of Japan. Diakses 2012-06-23.
    ^ "音楽ソフト種類別生産数量の推移". Recording Industry Association of Japan. Diakses 2012-06-23.
    ^ Majalah ELLE edisi musim gugur 1993 memakai istilah "Japan Pop" ketika memperkenalkan Cornelius dan Pizzicato Five yang tergolong band Shibuya-kei
    ^ Majalah Marcopolo edisi musim panas 1994, mendefinisikan J-pop sebagai "musik yang mirip tapi tidak sama dengan musik Barat".
    ^ "デビュー歌手数". Recording Industry Association of Japan. Diakses 2012-06-23.
    ^ "Jポップとは何か", p. 60
    ^ "ミリオンセラー作品数の推移". Recording Industry Association of Japan. Diakses 2012-06-23.
    ^ 日本流行歌史. Shakaishisou. hlm. 91.
    ^ 『日本流行歌史』(社会思想社)p.91より
    ^ "AKB48最新シングル、ミリオン認定!". Daily Sports Online. 2010-11-11. Diakses 2012-06-23.
    ^ "AKB48、デビュー5年目で初ミリオン! シングルでは3年5ヶ月ぶり快挙". Oricon Style. 2011-01-25. Diakses 2012-06-23.
    ^ a b "2008年の国内有料音楽配信売上は905億円、前年比20%増". Impress Watch. 2009-2-25. Diakses 2012-06-23.
    ^ "06年の有料音楽配信売り上げ、CDシングル抜く". ITmedia. 2007-2-23. Diakses 2012-06-23.
    ^ "国内の有料音楽配信、2009年の売上は909億8200万円で横ばい". Impress Watch. 2010-2-22. Diakses 2012-06-23.
    ^ "国内の有料音楽配信、2010年売上は859億9000万円〜前年下回る". Impress Watch. 2011-2-28. Diakses 2012-06-23.
    ^ "音楽配信とパッケージの売上合計が3年連続前年越え-RIAJが、2007年年間有料音楽配信売上実績を発表". Impress Watch. 2008-2-21. Diakses 2012-06-23.
    ^ "統計データ". CDV-NET. Diakses 2012-06-23.
    ^ Satu di antaranya album dari Hideaki Tokunaga dirilis tahun 2005, "年度別ミリオンセラー一覧 2010年". Recording Industry Association of Japan. Diakses 2012-06-23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar